Foto : Yayasan Care Peduli (YCP)
Sumbawa Barat,Kliksumbawa.com (9 Oktober 2025)– Percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan inisiatif yang lahir dari kebutuhan masyarakat. Program yang diinisiasi oleh AMMAN dan berkolaborasi dengan CARE Indonesia didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) berlangsung sejak tahun 2022 hingga 2025.

Wilayah intervensi program meliputi tiga kecamatan di Sumbawa Barat: Jereweh, Maluk, dan Sekongkang. Dengan pendekatan holistik integratif, program ini berupaya meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu-anak, menguatkan kapasitas dan suara perempuan dalam kepemimpinan, serta memberdayakan ekonomi keluarga.
“Program ini seperti rumah baru dengan komunitas yang bahu membahu dan rindu membangun harapan.”
****
Langkah kaki ibu muda berkerudung biru mengayuh pelan pagi itu. Ia berjalan kaki sembari menggendong bayi menuju lokasi posyandu dengan penuh semangat. Di tengah perjalanan banyak tetangga menyapa sang bayi, ibu itu membalas dengan senyuman ramah. Sesekali ia menyambung percakapan seputar kegiatan di balai desa pada bulan Oktober. Sementara bayi mungil itu tersenyum ceria.
Tiba di posyandu, petugas menyapa dengan hangat. Sang bayi tampak anteng seolah antusias begitu ibunya meletakkan tubuh itu di atas timbangan digital. Selanjutnya, ibu duduk menanti, namun ia tidak ingin memastikan berat badan anaknya sebelum petugas posyandu mencatat pada selembar kertas. Lalu menjelaskan kepadanya.
“Saya sedikit gugup. Saya berdoa dalam hati, semoga baik-baik saja dan tumbuh kembang anak saya lebih baik dari bulan kemarin,” kenang Rospian.
Matanya berkaca-kaca saat bercerita tentang perjuangan beratnya di tahun 2023 lalu, saat anaknya dinyatakan mengalami stunting.
Saat itu, Naila baru berusia dua tahun. Berat badannya hanya 8,7 kg pada bulan Desember 2022. Hasil penimbangan membuat Rospian khawatir, meskipun ia sudah lama menjadi kader Posyandu. “Sebagai ibu, saya sedih. Makanan yang saya siapkan hanya seadanya, karena keterbatasan ekonomi,” tuturnya.
“Naila dinyatakan stunting sejak 1 tahun lalu. Berat lahir Naila normal yaitu 3,2 kg, dengan panjang badan (PB) 50 cm,” kata Rospian saat dikonfirmasi Kamis (2/10/2025).
Walaupun menjadi kader Posyandu sejak 5 tahun yang lalu, tetapi Rospian belum pernah mengikuti pelatihan secara khusus tentang stunting. Ia juga belum mengetahui bagaimana mengolah bahan pangan lokal, yang bermanfaat untuk mencegah stunting.
Apa daya, makanan ia sajikan setiap harinya, hanya semampu yang dapat keluarganya siapkan. “Saya hanya bisa sajikan makanan seadanya karena keterbatasan ekonomi. Kondisi ini membuat hati saya sedih,” cerita Rospian.
Disisi kanan ruang pemeriksaan bayi dan balita posyandu di Desa Maluk, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, nampak nyaman, hangat, penuh kekeluargaan. Bayi dan balita digendong dalam pelukan. Ada juga yang asyik bermain dan berinteraksi dengan kader posyandu serta petugas kesehatan.
Tak ada tangis anak-anak, semua merasa tenang di ruangan berwarna putih tersebut. Ada 21 kader posyandu yang beraktivitas pada tiga posyandu di Desa Maluk. Inilah akses layanan kesehatan terdekat di desa dengan suasana yang selalu terulang setiap bulan.
Suasana serupa berlangsung pula di Desa Goa, Kecamatan Jereweh, di Desa Pasir Putih dan Desa Bukit Damai, Kecamatan Maluk, atau di Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, serta desa lainnya. Bahkan seluruh desa dengan jumlah posyandu yang berbeda di Kabupaten Sumbawa Barat melakukan hal yang sama.
Posyandu menjadi halaman berkumpul yang hangat untuk mengetahui tumbuh kembang balita khususnya. Para kader dan petugas kesehatan yang peduli dengan tugasnya, termasuk melakukan pengecekan status gizi warga.
MENGENAL STUNTING LEWAT POSYANDU
Salah satu program utama posyandu yakni pemeriksaan rutin terhadap bayi dan balita. Dengan tujuan untuk memantau dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang. Pemantauan status gizi di antaranya berperan pula mencegah stunting. Selanjutnya, hasil pemeriksaan dicatat dalam buku kesehatan ibu dan anak.
Sukmawati, warga Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, mengulang memorinya saat mendatangi posyandu bersama sang buah hati Arista Adinda pada pertengahan Maret 2024. Saat itu, ia ingin mendapatkan informasi lebih lengkap seputar tumbuh kembang buah hatinya. Namun, dari hasil pemeriksaan, Arista dinyatakan masuk kategori stunting dengan berat badan 12,7 kg dan tinggi badan 94 cm. Hal ini ternyata tidak sesuai dengan umurnya yang sudah menginjak 3,5 tahun.
“Saya awalnya kaget, ternyata Arista masuk kategori stunting. Padahal, tidak ada tanda-tanda apapun yang terlihat dengan anak saya. Memang saya masih awam saat itu, dan tidak tahu lebih dalam tentang bagaimana proses tumbuh kembang anak,” kata Sukmawati saat dikonfirmasi awal Oktober 2025.
Menurut petugas Kesehatan sambungnya, Arista bisa keluar dari katagori stunting jika memiliki berat badan 13,3 kg dan tinggi badan 95,5 cm. Namun, lagi-lagi ibu mudah ini bingung bagaimana menambah berat badan sang bayi dalam waktu singkat. Beruntung, Arista masuk dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
PMT merupakan salah satu Program PT Amman Mineral Nusa Tenggara berkolaborasi dengan CARE Indonesia dan didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat yang diberikan kepada balita stunting dan ibu hamil Kekurangan Gizi Kronis (KEK). Tujuannya untuk membantu asupan gizi yang dibutuhkan, sehingga status gizi mereka dapat meningkat. PMT pada Arista akan diberikan pada usia 3,8 tahun. Jadi, putri pasangan Agus Awali dan Sukmawati itu, akan berusia akan mendapatkan PMT pada bulan Juni 2024.

Sedangkan Hardini Fendalita, warga Desa Mantun, mengetahui anaknya M. Halif masuk katagori stunting saat diperiksa di posyandu desa setempat Agustus 2022. Pada usia 2 tahun berat badannya 12 kg dan tinggi badan 80 cm. Balita kelompok umur 1-3 tahun menurut Permenkes RI No.28 tahun 2019, idealnya memiliki berat badan 13 kg dan tinggi badan 92 cm. Pemberian PMT kemudian dilakukan bulan Desember 2022 sampai Maret 2023.
Semula Hardini tidak begitu paham soal stunting. “Apa sih stunting? Mengapa anak saya bisa stunting?” Tidak sedikit warga memiliki pengetahuan yang sama. Ada bahkan yang menyebut stunting penyakit keturunan atau genetik dan terus pada asumsi itu hanya dengan melihat tinggi badan ibunya, dirinya yang menular kepada anaknya.
Pertanyaannya itu terjawab setelah Hardini berperan aktif dalam program percepatan penurunan stunting PT Amman Mineral Nusa Tenggara berkolaborasi dengan CARE Indonesia dan didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, yang berjalan selama 3 tahun (2022-2025).
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi karena kekurangan gizi atau infeksi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dari konsepsi hingga usia 2 tahun. Oleh karena itu, kebutuhan gizi ibu hamil juga harus diperhatikan. Seorang anak dinyatakan stunting jika tinggi badan dan berat badan secara signifikan di bawah median kurva pertumbuhan World Health Organization (WHO). Stunting dapat menyebabkan gangguan kesehatan saat dewasa, seperti diabetes, obesitas dan penyakit jantung, dan perkembangan kognitif terhambat.
Program ini tidak hanya memberi pemahaman tentang stunting melainkan juga cara mengatasinya. Tidak hanya yang pengaruhnya langsung melainkan juga tak langsung. Kepercayaan juga diberikan kepada Hardini sebagai salah satu anggota DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting) Desa Mantun.
Dalam program ini, selain mengikuti berbagai pelatihan, ia juga bersosialisasi dalam penanganan stunting kepada orang tua sasaran.
“Di situ kami tidak mengantar PMT saja, kami bahkan ikut menyuapi anak-anak tersebut apakah anak-anak tersebut mau makan makanan yang kami antar. Jadi yang saya lihat dari anak saya setelah saya masuk di kegiatan Yayasan CARE Peduli adalah dari segi makanan. Kalau awalnya tidak teratur. Kalau sudah makan nasi sama sayur, ya sudah, nasi sama lauk, ya sudah. Jadi tidak saya terapkan Isi Piringku di situ. Padahal itu sangat penting karena di dalam Isi Piringku harusnya ada karbohidrat, protein, buah dan sayuran untuk anak,” cerita Hartini.
Masih senada, Sukmawati menuturkan, setelah mengetahui anaknya terkatagori stunting mulai aktif mengikuti pelatihan seperti cara memberi makanan sehat, menjaga lingkungan yang bersih dan pola makan anak.
“Semua itu saya terapkan di rumah, ujarnya. “Sedangkan makanan yang saya masak sendiri dan saya berikan kepada anak saya waktu itu seperti kelor sama telur dan buahnya seperti anggur,” kisah Sukmawati.
Dalam peningkatan status gizi dan kesehatan ibu-anak, sasaran tidak hanya diberi wawasan pengetahuan untuk memahami tumbuh kembang balita dan bisa menyikapinya secara mandiri melainkan juga mengambil peran di masyarakat sebagai agen perubahan.
Pada peningkatan kapasitas dan suara kepemimpinan perempuan, ada ruang partisipasi perempuan membangun kapasitas dirinya sebagai pengambil keputusan pada ranah yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan masalah stunting. Sedangkan pada penguatan ekonomi keluarga, perempuan bukan lagi sosok yang tidak berdaya ketika mengasah keterampilan dan mengasah kecakapan mengatur keuangan.
Mereka justru menjadi salah satu kunci pendorong menuju jalan keluar persoalan ekonomi rumah tangga. Interaksi perempuan khususnya dalam edukasi dan praktik perubahan di masyarakat mewarnai ekosistem yang sehat dalam menekan stunting di KSB, sehingga menorehkan simpati pengambil kebijakan di desa. Legasi ini menjadi jejak penting yang layak diteruskan sebagai implementasi aksi kolaboratif pemerintah dan masyarakat menekan stunting.
SAJIAN PREMIUM EMPAT BINTANG
Program PT Amman Mineral Nusa Tenggara berkolaborasi dengan CARE Indonesia dan didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) memberinya pengetahuan tambahan. Ternyata, mulai saat itu terbuka kekeliruan pola makan terdahulu terhadap putranya yang dinyatakan stunting saat berusia 2,5 tahun.
Hardini mulai menerapkan pemberian makanan berupa nasi dengan sayur atau nasi dengan ikan. Variasi menu yang kaya nutrisi terabaikan. Itu semua karena ketidaktahuan yang berdampak pada tumbuh kembang anak.
Intervensi program PT Amman Mineral Nusa Tenggara berkolaborasi dengan CARE Indonesia dan didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, salah satunya melalui kelas Penimbangan Balita di Posyandu. Program Pemberian Menu Tambahan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara berkolaborasi dengan CARE Indonesia dan didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat.
Parenting atau kelas pengasuhan, membuatnya paham bahwa apa yang dilakukan memberikan asupan makan anaknya kurang lengkap. Pola makan itu sendiri mencakup berbagai aspek, seperti: jenis makanan yang dikonsumsi, seperti sayuran, buah-buahan, daging, ikan, dan lain-lain; kemudian frekuensi makan dalam sehari dengan jadwal makan yang teratur, kualitas makanan yang dikonsumsi seperti kaya akan nutrisi serta waktu makan yang teratur. Menu itu diantar langsung Tim DASHAT ke tempat sasaran di rumahnya. Variasi menu itu, sebagai berikut:
Hari Pertama : Nasi putih, ayam goreng, telur rebus, tempe mendoan, sayur sop, buah apel.
Hari Kedua : Nasi kuning, semur daging, telur dadar, tahubumbu balado, sayur tumis, buah pepaya.
Hari Ketiga : Nasi putih, ikan kuah kuning, telur puyuh,tahu goreng, sayur bayam, buah semangka.
Hari Keempat : Nasi putih, ayam suir, telur mata sapi,tempe kecap, sayur kelor labu, buah jeruk.
Hari Kelima : Nasi putih, udang bumbu tomat, telur orakarik, tempe bacem, sayur capcay, buah melon.
Hari Keenam : Nasi putih, hati ayam kecap, telur rebus,tahu kuah kuning, buah pisang.
Hari Ketujuh : Nasi kuning, ikan bumbu balado, telur dadar, tempe goreng, sayur tumis. buah apel.
Pada hari berikutnya hingga 30 hari ke depan menunya berbeda walaupun bahan bakunya kadang-kadang sama. Sebutlah salah satunya tempe yang bisa diolah dengan berbagai cara, baik racikan bumbu maupun dari segi bentuknya. Bisa sebagai tempe bacem, bisa pula dibentuk seperti nuget yang menggugah selera balita.
Tim DASHAT terdiri dari Tim Pendamping Keluarga (TPK), Bidan, kader, dan Agen Gotong Royong (AGR) yang telah dilatih mengolah menu. Menu empat bintang itu sendiri sudah melalui tahapan diskusi dengan Tim Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas sehingga menemukan komposisi dan variasi menu yang tepat dengan bahan makanan lokal yang mudah didapat.
Terdiri dari tiga puluh jenis yang sangat variatif, menu digilir selama 30 hari.Walau kadang menunya berbeda, jenis bahan bakunya sering kali sama.Perbedaan terletak pada cara pengolahan. Menu itu senantiasa mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran, dan buah.
Menu empat bintang itulah yang diharapkan menjadi contoh yang bisa diadopsi sasaran PMT. Jika makanan ini secara konsisten diterapkan kepada balita, diyakini kondisinya akan pulih, baik berat badan maupun tinggi badan.
Selaku anggota Tim DASHAT, Hardini tidak hanya menerapkan menu empat bintang di lingkungan keluarganya, tetapi juga menyosialisasikan kepada sasaran secara terusmenerus selama menyalurkan PMT.
Pantauan pun dilakukan dengan konsisten untuk memastikan nutrisi yang dibutuhkan balita terkatagori stunting benar-benar berjalan serta memberi dampak baik bagi pemulihan tumbuh kembang anak.
“Saya terapkan di anak saya walau jumlahnya sedikit, tetapi komposisi menunya harus lengkap. Misalnya dalam satu hari biasanya saya terapkan dua kali, saya kemudian menerapkan tiga sampai empat kali walaupun sedikit, gitu,” katanya.
Hal serupa dilakukan Sukmawati kepada anaknya dengan cara yang sama walau dengan bahan makanan berbeda. Arista kemudian dinyatakan keluar dari katagori stunting setelah pemberian PMT selama 90 hari dengan berat badan 13,3 kg dan tinggi badan 95,5 cm. Atau, naik dari kondisi sebelumnya dengan berat badan yang hanya 12,7 kg dan tinggi badan 94 cm.
Sedangkan Halif setelah pemberian PMT dan edukasi gizi dan nutrisi berat badannya bertambah menjadi 12,9 kg dan tinggi badan 87,8 cm atau keluar dari stunting. Kondisi ini berubah dari sebelumnya dengan berat badan 12 kg dan tinggi badan 80 cm. “Alhamdulillah sampai saat ini pertumbuhannya bagus,” tutur Hardini seraya menambahkan putranya tersebut menjadi sangat hafal menu PMT.
Rospian bersama kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) di desanya mengikuti pelatihan peningkatan kapasitas untuk percepatan penurunan stunting. Ia bersama dengan TPK lainnya, diberi pelatihan mengenai kebutuhan gizi anak dan pengelolaan program pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita yang kekurangan gizi.
“Melalui pelatihan dari AMMAN dan Care Indonesia, saya jadi tahu dan paham tentang stunting, termasuk resiko bagi anak jika kita tidak memenuhi kebutuhan gizi pada saat 1.000 HPK,” kata Rospian. Ia pun semakin mengerti mengapa berat badan anaknya meningkat dan semakin sehat.
Selain itu, di desanya sudah ada Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT), program nasional peningkatan asupan gizi balita, yang turut didorong oleh AMMAN. DASHAT sendiri memiliki program unggulan PMT.
“Setiap hari menu PMT habis dilahap anak saya. Sebagai ibu, saya senang melihat perkembangan anak,” cerita Rospian.
Suaminya, Zainal (37), hanya bekerja sebagai buruh harian lepas dengan pengahasilan yang sangat terbatas, sehingga pasangan dengan 3 anak ini hanya mampu tinggal di rumah indekos yang kecil dan sempit. Selain itu, sang suami juga perokok aktif, anaknya kerap terpapar asap rokok.
Sementara itu, Rospian membuka jasa mencuci dan setrika baju di rumah, guna mencukupi kebutuhan keluarganya. Dia sangat khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi anaknya. Seakan bangkit dari lamunan, ia mendapatkan semangat baru. Saat ini ia telah mendapatkan pengetahuan banyak dari program ini dan pendampingan dari kader TPK dan program-program prevalensi stunting dari AMMAN dan YCP, serta keterlibatan dari Pemerintah KSB.
“Saya yakin seperti daun kelor bisa diolah jadi menu yang variatif bagi anak, di balik betapa baik nutrisi yang dimiliki tanaman ini,” sambil berjalan menuju pohon kelor di pekarangan kosnya. Diketahui kelor bisa dijadikan aneka varian menu makanan, karena memiliki kandungan protein.
Program ini menggambarkan cara berpikir yang cukup cermat dalam menjawab persoalan krusial dari berbagai sisi. Ada nilai edukasi dan tindakan langsung yang menyentuh. Sebutlah ketika sasaran atau orang tua sasaran diberikan ruang partisipasi melalui kelembagaan dan peran yang solutif, menggambarkan kegiatan ini sebagai bagian dari kebutuhan mereka.
Pendekatan yang disentuh dalam program percepatan penurunan stunting melahirkan cerita menarik. Ada dorongan bekerja keras dan nilai-nilai perjuangan para pelaku perubahan. Ada komitmen dan aneka prakarsa yang saling mengisi, tidak sebatas usaha penanganan stunting melainkan juga pada ekosistem lingkungan yang memengaruhinya.
Kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat merupakan sebuah praktik baik yang sangat sayang kalau dibiarkan berlalu, apalagi program ini merupakan implementasi kolaborasi berbagai unsur penting pembangunan. Tidak mengherankan jika kepala desa pun termotivasi dan bertekad membangun legasi ini menuju zero stunting di wilayahnya.
Langkah itu tentu sejalan dengan komitmen Pemerintah KSB dalam menekan angka stunting.
Sinergi Kuat untuk Dampak Berkelanjutan
Program percepatan penurunan stunting di KSB merupakan upaya implementasi Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021, tentang Percepatan Penurunan Stunting yang holistik melalui sinergi antar Lembaga dan lintas sektor, baik itu pemerintah, sektor swasta, serta berbagai elemen masyarakat.
Buah dari inisiatif AMMAN dan Care Indonesia didukung Pemerintah KSB ini selama beberapa tahun terakhir, telah menunjukkan hasil signifikan.

Berdasarkan data yang dilaporkan melalui aplikasi e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di KSB menurun dari 18,70, menjadi 7,83 di tahun 2023, 7,37 pada bulan Juni tahun 2024 dan 7,10 di tahun 2025.
Keberhasilan program ini tidak lepas dari dukungan penuh AMMAN. Perusahaan pertambangan ini tidak hanya menyediakan dana, tetapi juga melibatkan tenaga ahli gizi dan kesehatan untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada para ibu.
Aji Suryanto, Senior Manager Social Impact AMMAN mengatakan stunting sebagai salah satu hambatan utama yang menghalangi individu mencapai potensi penuh mereka. Program ini fokus pada solusi yang dapat diskalakan, inovatif, dan berkelanjutan untuk mempercepat pengurangan stunting hingga ke tingkat desa di kawasan Jereweh, Maluk dan Sekongkang.
“Kami percaya bahwa investasi terbaik adalah investasi pada sumber daya manusia. Melalui program pencegahan dan penurunan stunting, kami berharap dapat membantu menciptakan generasi yang sehat dan cerdas di Sumbawa Barat,” kata Aji.
Program ini sambungnya memiliki tiga intervensi utama yaitu memastikan kebutuhan gizi ibu dan anak terpenuhi; memberikan pelatihan tentang mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk wanita guna mendukung pendapatan rumah tangga; dan menerapkan kepemimpinan di tingkat rumah tangga dan komunitas.
“Pendekatan program ini fokus pada tingkat desa dan rumah tangga, sementara advokasi untuk perbaikan intervensi yang disarankan berfokus pada tingkat kecamatan dan regional,” kata Aji saat dikonfirmasi Kamis (2/10/2025).
Ia menjelaskan, pada tahun 2024, 441 anak yang mengalami stunting dan kekurangan berat badan menerima pemberian makanan tambahan (PMT), 492 tenaga kesehatan dilatih, membangun dan membentuk pengelolaan 5 depot air aman minum, serta lebih dari 1.000 wanita diberikan pelatihan dalam kesetaraan gender dan kepemimpinan.
Pencapaian lain yang patut dicatat: dana desa dialokasikan (APBDes) untuk pelatihan kesetaraan gender dan mendukung pembangunan depot air; partisipasi aktif perempuan lebih besar di forum publik; dan lebih banyak perempuan yang mampu dan mengambil alih perencanaan keuangan keluarga mereka untuk memastikan dana dialokasikan untuk kesehatan dan makanan bergizi.
“Pemerintah desa juga aktif mendukung program ini melalui peningkatan anggaran untuk kesehatan di APBDES. Pada tahun 2024, anggaran kesehatan meningkat 34% menjadi sekitar Rp. 5,5 miliar, dengan kenaikan anggaran PMT pemulihan dari Rp520 juta menjadi Rp775 juta. Selain itu, pemerintah desa juga membentuk Desa Ramah Anak Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) melalui peraturan desa,” sebut Aji.
Ia menambahkan pada program penanganan stunting di KSB, AMMAN tidak hanya berfokus kepada anak penderita stunting dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis (KEK), namun juga meluaskan sasaran kepada anak-anak yang menuju kearah stunting. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak yang berada pada “zona menuju stunting” masuk kedalam zona “stunting”. Dengan hal tersebut, maka angka prevalensi stunting dapat ditekan dengan efektif.
Upaya intervensi prevalensi stunting juga turut dikemas dengan kegiatan interaktif yang seru. Berbasis informasi yang diterima dari para ibu di KSB, anak-anak mereka bosan menikmati makanan yang disediakan di rumah.
Di program Dapur Sehat (Dashat), AMMAN dan Care Indonesia menyajikan suasana dapur kreatif, sembari memanfaatkan bahan yang mudah ditemukan, seperti kelor. Tujuannya agar menambah nafsu makan anak agar mendorong pertumbuhan yang optimal,” ucapnya.

Selain itu, upaya lain dilakukan dengan penyediaan air bersih layak minum, peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga serta peningkatan kapasitas, suara, kepemimpinan perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
“Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 90 hari bagi anak stunting, telah dimulai sejak tanggal 17 Desember 2022 hingga tahun 2025. Sebelumnya, inisiatif ini sudah digelar pelatihan mengenai nutrisi dan makanan kepada tenaga pelatih kesehatan,” ujar Aji.
Untuk keberlanjutan program, ada juga inisiasi kebun gizi yang dikelola Kelompok Wanita Tani (KWT). Di Desa Talongang Baru, kebun gizi berhasil memenuhi kebutuhan sayur mayur untuk PMT, yang sebelumnya harus dipasok dari luar desa dengan harga mahal. Berkat kolaborasi kebun gizi dan kelompok DASHAT, angka stunting di Talonang Baru turun signifikan dari 15,38% pada Februari 2023 menjadi 6,29% pada Februari 2025.
Upaya kolaboratif yang dilakukan di Sumbawa Barat menunjukkan bahwa penanganan stunting perlu dilakukan dengan pendekatan holistik: dari pemenuhan nutrisi, edukasi, partisipasi komunitas, hingga dukungan regulatif.
Pendekatan Holistk dalam Percepatan Penurunan Stunting. Target prevalensi stunting 18 persen pada tahun 2025 ditetapkan pemerintah pusat untuk menggapai visi Indonesia emas 2045.
Langkah nyata ini sudah dilakukan AMMAN bersama Care Indonesia didukung Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui pendekatan holistik integratif dengan memenuhi gizi keluarga pada 16 desa dan 3 kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat.
Sebaran wilayah yang menjadi pilot project cukup luas, di antaranya Desa Mantun, Maluk, Benete, Pasir Putih, Bukit Damai, Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas, Kemuning, Tongo, Tatar, Aik Kangkung, Talonang Baru, Dasan Anyar, Goa, Belo dan Beru.
Muhammad Ikraman, Project Manager Care Indonesia, mengatakan, program ini tidak hanya fokus pada nutrisi, tetapi juga perubahan perilaku, edukasi orang tua, dan ketahanan pangan berbasis lokal.
“Upaya percepatan penurunan stunting dilakukan sejak Agustus 2022. Melalui intervensi spesifik untuk peningkatan gizi dan intervensi untuk mewujudkan lingkungan dan kebijakan yang kondusif bagi pertumbuhan optimal,” kata Ikraman saat dikonfirmasi Senin (06/10/2025).
Menurutnya, peningkatan status gizi ibu dan anak dilaksanakan bersama kader perempuan DASHAT. Kolaborasi dilakukan sambungnya, melalui pemberian makanan tambahan atau PMT pemulihan yang dijalankan selama 90 hari tanpa henti berbasis data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat atau (EPPGBM) dengan pemantauan harian menggunakan aplikasi si kebas.
Ikraman menjelaskan, berdasarkan data dari 372 anak yang menerima PMT pada periode 1 dan 2, ada 112 anak dinyatakan lolos dari stunting, sedangkan 25 dari 47 anak lolos dari status wasting dan 9 dari 17 anak lolos dari status berat badan kurang (underweight).
Selain itu, dari 135 ibu hamil yang menerima PMT pada periode 1 dan 2, 79 ibu hamil lolos dari Kekurangan Energi Kronik (KEK) serta 22 ibu menyusui memiliki anak dengan kondisi yang baik.
Ia menyebutkan, setelah adanya program ini kunjungan ke posyandu meningkat. Hal itu sejalan dengan kesadaran ibu-ibu untuk lebih memeriksakan anaknya semakin tinggi. Kemudian yang paling penting angka kasus stunting menurun.
Untuk memastikan adanya lingkungan yang mendukung dan kondusif sambungnya, pemenuhan gizi keluarga juga dilakukan melalui pendampingan dan pelatihan seperti melalui kelas pengasuhan anak, ibu hamil dan ibu menyusui. Lebih lanjut, ada edukasi pentingnya kesetaraan laki-laki dan perempuan, pemberdayaan kelompok perempuan termasuk pemberdayaan ekonomi, serta pembentukan kebun gizi rumah tangga.
Ikraman memastikan bahwa PMT pemulihan dibarengi dengan edukasi pendampingan bagi orang tua. Mulai dari edukasi pengasuhan, pemberian makanan dengan nutrisi seimbang, kesehatan lingkungan, sekaligus edukasi kesetaraan peran perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga dan lingkungan sekitar.
Tak sampai disitu, selanjutnya pada pendampingan kelas remaja juga melibatkan forum anak desa dengan fokus pada perkawinan usia anak yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting pada anak dengan penguatan materi kesehatan reproduksi (Kespro).
Dukungan Akses Sanitasi dan Air Bersih
Akses terhadap sanitasi yang layak dan air bersih turut berperan penting dalam percepatan penurunan prevalensi stunting. Pembangunan infrastruktur air bersih yang memadai menjadi bagian intervensi sensitif yang dilakukan AMMAN dan Care Indonesia untuk mendorong kesehatan anak dan perempuan.
“Telah dibangun dua konstruksi sumur bor di desa Talonang dan Beru. Kami sudah bentuk dan deklarasi komite air dan depot air di 6 desa Yani Sekongkang Atas, Ai Kangkung, Talonang, Lemar Lempo, Tatar, dan Beru,” kata Ikraman.
Infrastruktur yang terbangun ini sambungnya, bisa dinikmati oleh 2.187 masyarakat desa untuk akses air bersih dan air yang aman diminum.
Penguatan dan Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga
Selanjutnya, penguatan dan pemberdayaan ekonomi rumah tangga menjadi kunci penting dalam meningkatkan pendapatan keluarga yang pada akhirnya mendukung pemenuhan gizi pada setiap anggota keluarga.
Untuk itu, pemberdayaan perempuan dilakukan melalui pembentukan kelompok usaha mandiri perempuan (KUMP) di 16 desa. Kump tidak hanya berperan sebagai wadah penguatan ekonomi, tapi juga menjadi ruang edukasi , pemberdayaan dan kolaborasi bagi para perempuan di tingkat desa.
“Ada 160 perempuan yang menjadi anggota kelompok sudah ikuti pelatihan literasi keuangan, proses produksi hingga pemasaran. Pelatihan yang didapatkan bisa disebarluaskan kepada masyarakat di tingkat desa. Hingga Mei 2025, berbagai kegiatan usaha berhasil menambah dana umum KUMP secara kolektif menjadi lebih dari Rp 207.000.000,” jelas Ikraman.
Lebih jauh, Ikraman menyebutkan, dukungan pemerintah desa juga tidak hanya melalui pengalokasian anggaran saja, tetapi juga dengan regulasi. Salah satunya melalui pembentukan Desa Ramah Anak Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) melalui peraturan desa (perdes). “Pembentukan DRPPA bertujuan untuk memastikan kebutuhan hak asuh anak sesuai dengan peratuan perundang-undangan perlindungan anak, sehingga bisa memenuhi hak-hak yang didapatkan anak dalam tumbuh kembangnya,” imbuhnya.
Selama tiga tahun, inisiasi AMMAN dan Care Indonesia ini berbagai niat baik dan kerja kolaboratif telah membawa perubahan dengan cerita baik. Penurunan angka stunting, tidak hanya berbicara tentang penurunan target nasional melainkan membangun generasi emas di Sumbawa Barat yang maju dan berdaya saing.
Bergandengan Tangan Menuju Zero Stunting
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KP3A) selaku Sekretariat TPPS, Agus Purnawan, S.Pi., M.M., menegaskan konsistensi KSB dalam menurunkan angka stunting sejak 2020. Saat itu, angka stunting berada di 15,80%, kemudian turun signifikan menjadi 7,64% pada 2023, 7,48% di Februari 2024, 7,36% di Juni 2024, hingga 7,10% pada Februari 2025.
“Dalam penilaian kinerja stunting tahun 2024, KSB meraih peringkat pertama. Ini buah kerja keras semua pihak. Ke depan, kami menargetkan angka stunting turun hingga 5,60% pada tahun 2029. Angka ini realistis dan optimis dapat tercapai dengan kemitraan yang kita bangun, baik dengan OPD, PT Amman, maupun stakeholder lainnya,” kata Agus.
Penginputan data pada 2025 ini sambungnya sudah mulai dilakukan melalui website Bangda, sehingga proses menjadi lebih sistematis dan terukur. Hal ini sekaligus menyiapkan basis data yang valid untuk penilaian kinerja stunting berikutnya.
Wakil Bupati Hj. Hanipah dalam arahannya menekankan pentingnya menjaga konsistensi capaian penurunan stunting.
“Di periode ini tahun 2025, saya berharap kerjasama lintas sektor semakin kuat. Jangan sampai apa yang sudah berhasil kita capai di 10 tahun sebelumnya berhenti begitu saja. Stunting ini tanggung jawab kita bersama. Tanpa kolaborasi dan kerjasama yang baik, target kita sulit tercapai,” tegas Wakil Bupati.
Ia menyoroti angka stunting per Februari 2025 yang mencapai 7,1% atau setara dengan 761 balita se-KSB. Sehingga berdasarkan data tersebut, wakil bupati menghimbau kepada seluruh pihak yang bertanggung jawab untuk menemukan masalah dan mencari solusinya.
“Berdasarkan data ini, kita harus segera turun ke lapangan, cari kendala, dan temukan solusinya. Pemerintah sudah menyiapkan upaya dan program-program yang menyentuh langsung, salah satunya lewat program Kartu Sumbawa Barat Maju melalui layanan kesehatan,” tegas Hanifah.
Ia berharap sinergi yang erat dan komitmen kuat dari berbagai pihak, tujuan bersama dalam menurunkan angka prevalensi stunting anak di KSB dapat dilakukan secara optimal. “Bersama-sama kita ciptakan generasi emas yang unggul di masa depan, sehingga mampu membangun KSB yang maju dan beradaptasi dengan kemajuan zaman,” tutupnya.
Penurunan prevalensi stunting di Sumbawa Barat adalah tentang menyelamatkan masa depan. Dengan sinergi yang terus terjaga dan komitmen tak pernah pudar, harapan akan generasi Sumbawa Barat maju zero stunting bukan lagi sekadar mimpi. Mari terus bergandeng tangan, berinvestasi pada kesehatan dan gizi anak-anak, karena setiap anak berhak menjadi generasi emas 2045. (Ks)













