SUMBAWA, Kliksumbawa.com (31 Oktober 2025)- Upaya Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam menekan angka stunting terus menunjukkan hasil positif. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Sumbawa, angka stunting kini berhasil ditekan hingga mencapai 10,58 persen, atau setara dengan 3.496 balita, jauh di bawah target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2030.
Plh Kepala Dikes Sumbawa, Nur Atika, menjelaskan bahwa capaian tersebut merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, terutama jajaran tenaga kesehatan, kader posyandu, dan pemerintah desa dalam menggalakkan program intervensi gizi dan kesehatan lingkungan.
“Angka stunting kita saat ini 10,58 persen berdasarkan data aplikasi E-PPGBM. Artinya, kita sudah berada di bawah target nasional. Ini berkat kerja bersama lintas sektor, dari hulu sampai hilir,” ujar Nur Atika.
Ia menegaskan, upaya penurunan stunting di Sumbawa tidak hanya dilakukan melalui pemberian makanan bergizi, tetapi juga melalui pendekatan menyeluruh, termasuk perbaikan sanitasi, edukasi pola asuh, dan pengendalian penyakit infeksi.
“Stunting bukan hanya karena anak kurang makan bergizi, tetapi juga karena sering sakit, seperti diare, kecacingan, dan TBC. Jadi intervensi kita tidak bisa parsial,” jelasnya.
Dikes Sumbawa secara berkelanjutan melaksanakan edukasi gizi dan kesehatan lingkungan kepada masyarakat, terutama keluarga dengan balita. Program ini menekankan pentingnya air bersih, sanitasi sehat, dan pola makan seimbang.
“Kami terus mengingatkan agar masyarakat selalu memasak air sebelum diminum. Air mentah banyak mengandung bakteri E. coli dan cacing yang bisa memicu infeksi pada anak. ” tegas Nur Atika.
Ia menambahkan, salah satu fokus Dikes adalah penguatan posyandu agar mampu melakukan deteksi dini dan intervensi cepat bagi anak yang mengalami masalah pertumbuhan. Dengan pemantauan rutin setiap bulan, anak yang berat badannya tidak naik bisa segera mendapatkan tindak lanjut dari petugas kesehatan.
“Kalau anak tidak naik berat badan, kader posyandu langsung melaporkan agar bisa dilakukan intervensi. Karena semakin cepat ditangani, semakin besar peluang anak untuk tumbuh normal,” katanya.
Selain memperkuat layanan di lapangan, Dikes juga memperluas sosialisasi tentang pola pengasuhan anak yang positif. Nur Atika menilai, pola asuh yang terlalu keras, sering melarang anak, atau kurang kasih sayang juga dapat memengaruhi tumbuh kembang dan kepercayaan diri anak.
“Anak harus diasuh dengan kasih sayang, jangan sering dilarang atau dimarahi. Pola pengasuhan seperti ini juga bagian penting dalam pencegahan stunting,” tambahnya.
Secara umum, Nur Atika menilai bahwa ketersediaan gizi di Sumbawa sebenarnya cukup baik, mengingat potensi sumber protein hewani seperti ikan dan daging yang melimpah. Karena itu, ia mengimbau agar masyarakat lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dan cara mengolah makanan agar gizinya tetap optimal.
“Kita di Sumbawa tidak kekurangan protein hewani. Masalahnya lebih ke perilaku dan kebersihan. Kalau makanannya bergizi tapi air minumnya kotor, hasilnya tetap tidak maksimal,” ujarnya.
Nur Atika menegaskan, keberhasilan menurunkan angka stunting tidak terlepas dari sinergi semua pihak, mulai dari pemerintah desa, kader kesehatan, tenaga medis, hingga masyarakat itu sendiri. (Ks)













